:: Mutiara Kata Pembuka Hati ::

What's.....

Children

(Kahlil Gibran)

Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself
They come through you but not from you,
And though they are with you yet they belong not to you
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
Which you cannot visit, not even in your dreams
You may strive to be like them, but seek not to make them like you
For life goes not backward nor tarries with yesterday
You are the bows from which your children as living arrows are sent forth
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
And He bends you with His might that His arrows may go swift and far
Let your bending in the archer’s hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also The bow that is stable


Wednesday, September 07, 2005

Mencangkul Ladang Ibadah

Sus Woyo

Beberapa hari ini saya banyak sekali mendapatkan nasehat kebaikan dari kawan-kawan saya. Bukan lewat lisan mereka, tapi lewat barang-barang yang diberikan untuk saya. Seorang teman sekerja, menyodorkan buku sangat berharga kepada saya agar dibaca. Sebuah buku tentang perjalanan hidup para kekasih Allah. Begitu buku saya terima, saya langsung membukanya secara acak. Tiba-tiba mata saya terhenti dan membaca sebait kalimat dari Isa bin Maryam. Kata Isa kepada ibunya, "Ibu, dunia ini suatu saat akan musnah. Sedang yang kekal adalah akhirat. Mari kita beribadah sebaik-baiknya kepada Allah."

Ajakan Isa, tentu tidak sebatas kepada ibunya, akan tetapi sudah pasti kepada kita semua. Termasuk saya yang entah seberapa prestasi ibadahnya kepada Allah SWT. Buku tersebut saya simpan dahulu, belum saya baca semuanya. Tentu saja isinya mengandung banyak sekali mutiara kehidupan.

Hari berikutnya seorang teman yang lain, menyodorkan saya beberapa VCD, yang kesemuanya berisi lagu-lagu rohani. Ada Nashida Ria, dan juga beberapa shalawat dari Jam'iyyah Shalawat Surabaya. Dari benda-benda tersebut juga bayak sekali pesan dan nasehat agar kami selalu tunduk sujud dalam pengabdian kepada sang Maha Agung.

Bersyukur sekali saya pada-Nya. Betapa besar kasih sayang Allah kepada hamba yang dalam perjalanan hidupnya tentu masih sangat banyak daki-daki dosanya ini. Yang totalitas hidupnya belum bisa seperti para kekasih Allah. Dari kawan-kawan saya itulah Allah menitipkan pesan dan nasehat agar saya lebih serius lagi dalam beribadah.

Lebih bersyukur lagi saya lahir sudah dalam keadaan muslim. Itu artinya saya sudah dalam lingkup sebuah keyakinan atau agama yang sempurna dan sangat diridhoi oleh Allah SWT. Yang dari wujud kesempurnaannya itulah, setiap langkah, tindakan, denyut nadi, helaan napas, jika kita niatkan lillahi ta'ala, sudah termasuk dalam kategori ibadah kepada-Nya.

Hari-hari ini, saya adalah satu dari sekian juta anak bangsa, yang sedang mengais rezeki bukan di negerinya sendiri. Sehingga secara otomatis saya harus patuh kepada aturan negeri tempat saya bekerja. Dan secara otomatis juga karena saya bekerja ikut orang atau majikan, sudah barang tentu saya harus ikut aturannya. Yang dalam pelaksanaannya sangat sering kurang sejalan dengan hati dan nurani saya. Seperti memberi waktu kerja yang di luar batas kewajaran. Akhirnya sebagai manusia biasa sering sekali saya terjebak dalam hal 'mengeluh' dengan keadaan.

Kembali saya bercermin kepada diri sendiri sebagai seorang muslim. Sebagai seorang hamba Allah yang telah disodori ladang pahala maha luas oleh sang pembuat kehidupan. Dan ladang itu adalah aktivitas kita sehari-hari. Dari membuang sisa makanan di sela-sela gigi yang sangat ringan di pagi hari, sampai bekerja seharian penuh, misalnya. Seandainya setiap saat ladang itu saya cangkul, tentu akan panen yang tiada habisnya.

Maka, ketika suatu hari, saya bangun pukul tiga dini hari, untuk memulai sebuah pekerjaan, saya mencoba belajar untuk sekuat mungkin saya niatkan beribadah pada-Nya. Sebab kalau semata-mata hanya karena mengikuti aturan majikan, betapa sakitnya hati ini. Di saat orang-orang masih lelap tidur, saya harus berakrab ria dengan air. Dan di sela-sela hati saya terucap sebuah doa, "Ya Allah semoga pahala pekerjaan ini Kau samakan dengan pahalanya para kekasih-Mu yang sedang munajat ditengah tahajjud malam ini."

Dan ketika suatu hari saya menolong pekerjaan beberapa teman, karena mereka minta bantuan saya, saya pun melaksanakannya dengan baik. Walaupun di ujung pekerjaan itu, saya mendapat marah yang begitu besar dari majikan saya. Sedang teman saya tenang-tenang saja seolah tak punya dosa. Walaupun-ibaratnya-ia telah memukul saya, dengan tongkat pertolongan yang saya berikan. Dalam hati saya merintih pada-Nya, "Ya Allah, semoga semua ini menggugurkan dosa-dosa saya."

Maka dalam merenda hari-hari di negeri orang, sekuat tenaga saya terus berlatih untuk terus mengabdi pada-Nya. Entah pekerjaan apapun yang sedang saya laksanakan. Dengan berniat seperti itu saya meyakini akan mendapat balasan baik dari Allah SWT. Tentu selama pekerjaan saya sesuai dan selaras dengan aturan-Nya. Ternyata sedikit demi sedikit makin saya rasakan, bahwa pekerjaan seberat apapun akan semakin ringan. Dan kemalasan juga makin bisa saya atasi. Karena diikuti keyakinan bahwa saya tidak mungkin akan rugi jika saya niatkan untuk mengabdi pada-Nya. Dan itu semua sudah sangat selaras dengan firman-Nya dalam Al-Qur'an.

"Tidak Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (Adz Dzariat 56)

Paling tidak dengan niat beribadah, saya bisa meminimalisasi keluhan. Walaupun pada dasarnya mengeluh itu manusiawi. Atau paling tidak saya bisa sedikit belajar mengubah keluhan dengan istighfar, atau bentuk dzikir lainnya. Sehingga saya bisa terus mencangkul ladang ibadah yang terbentang sangat luas ini. Seluas bumi dan langit itu sendiri. Sebab kata Nabi: Dunia ini adalah ladang akhirat.

Dan akhir-akhir ini, saya memang sedang tertarik sekali dengan sebait kalimat yang tertulis pada 'kata pengantar' terjemah kitab Minhajul Abidin karya Imam al-Ghazali, bahwa: "Ibadah adalah buah dari ilmu, faedah dari umur, hasil usaha hamba-hamba Allah yang kuat, barang berharga dari para kekasih Allah, tujuan dari orang-orang yang berhimmah, syiar dari golongan terhormat, pekerjaan bagi orang-orang yang berkata jujur, pilihan orang-orang yang waspada, dan jalan menuju surga."

Seandainya, mulai detik ini segala aktivitas saya tidak saya niatkan untuk mengabdi pada-Nya, tentu betapa ruginya saya. Betapa malangnya hidup saya. Dan tentu saja saya tidak akan ikut memanen hasilnya kelak di Alam Abadi.

go to the top of the page

0 Comments:

Post a Comment
<< Home