:: Mutiara Kata Pembuka Hati ::

What's.....

Children

(Kahlil Gibran)

Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself
They come through you but not from you,
And though they are with you yet they belong not to you
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
Which you cannot visit, not even in your dreams
You may strive to be like them, but seek not to make them like you
For life goes not backward nor tarries with yesterday
You are the bows from which your children as living arrows are sent forth
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
And He bends you with His might that His arrows may go swift and far
Let your bending in the archer’s hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also The bow that is stable


Wednesday, September 21, 2005

Ketika Rindu yang Terkikis Kembali Hadir

Zamzam Muharamsyah

Terkadang kerinduan yang begitu besar terkikis oleh waktu dan kesibukan yang terus mengalir tak tertahankan. Tetapi janji pertemuan yang semakin dekat selalu mengingatkan kembali nostalgia yang terpendam di memori, terungkit lagi kenangan-kenangan indah sebelum perpisahan menjurang lebar menumbuhkan kerinduan yang melambungkan angan dan menantang asa, akankah waktu mempertemukan kembali jiwa perindu pada kekasihnya?

Tertatih aku mengejar bulan
Mengais sisa-sisa Ramadhan
Terjatuh terpuruk di keheningan
Ramadhanku telah pergi
Syawal tlah menjelang
Tinggalkan arti tujuh puluh tingkatan
Pahala bagi orang beriman
....

(suara persaudaraan--album balada sebuah dangau)

Masih kuingat lamat-lamat nasyid itu kulantunkan pada detik-detik akhir Ramadhan penuh berkah, ketika bulan yang begitu dirindukan itu tanpa bisa ditolak pergi meninggalkan. Terasa sekali jiwa ketakwaan yang masih rapuh, saat Ramadhan pergi. Sadar banyak sekali kesempatan terlewatkan tanpa pencerahan. Ingin Ramadhan tetap menjadi hari-hari yang panjang.

Syawal, Idul fitri, tetap menggembirakan. Hari kemenangan. Meski ketakwaan tak yakin telah merasuk di jiwa. Yang diinginkan adalah nuansa Ramadhan yang teduh dan menyimpan energi penyemangat yang unik tetap dirasakan di bulan-bulan yang akan datang. Agar bekal yang telah dihimpun selama Ramadhan bisa tetap terjaga tak ternoda hingga kelak bertemu kembali dengan hari-hari mulia itu, atau lebih dulu kembali menghadap pemilik bulan barokah itu sebelum hilal Ramadhan menggaris di langit dunia.

Ketika perpisahan menjelma, kerinduan pun merasuk ke setiap celah jiwa. Tak henti memori mengingat saat-saat bahagia dalam kebersamaan dan segala romantisme sesaat sebelum waktu memisahkan. Dan kerinduan memberi kekuatan dan optimisme yang khas, harapan kuat untuk bisa berjumpa kembali.

Sebelum terlalu jauh waktu memisahkan jiwa dari Ramadhan, nuansa ruhiyah masih betah dalam lingkaran pengaruhnya. Shalat, shaum, tilawah, dan amalan yang lainnya masih mudah dijaga dan dipelihara. Sampai ketika waktu semakin jauh menyeret jiwa yang belum utuh takwa, direcoki oleh berbagai hiruk sibuk dunia, kerinduan akan nuansa teduh Ramadhan mulai menguap. Lupa. Meski tetap ada tetapi tak nampak di pelataran jiwa, tersembunyi di pojok jiwa yang terlupakan.

Kini kerinduan itu hadir kembali di pelataran jiwa, ketika Sya'ban menyapa dan mengatakan Ramadhan kan datang dalam hitungan hari. Kerinduan yang terkikis kini kembali hadir. Harapan untuk bisa merasakan lagi nuansa khas bulan yang memiliki hari seribu bulan itu kembali menguat. Tetapi, akankah aku menatap kembali wajahnya yang teduh? Siapa yang bisa memberi kepastian, sedang ajal hanya ada di genggaman-Nya?

Ah, Ramadhan, jumpai aku. Biarlah aku menghabiskan waktuku bersamamu dengan untaian amal yang melangit. Banyak kesempatan terlewatkan tanpa pencerahan, di Ramadhan yang lalu. Kalau waktu masih mengizinkanku menemuimu aku berharap Ramadhan kali ini adalah Ramadhan terbaik di antara Ramadhan yang pernah kulalui. Kuingin Ramadhan kali ini adalah Ramadhan yang bisa membawaku ke puncak derajat takwa. Ramadhan yang mempertemukanku dengan diriku yang seutuhnya, seperti yang kuinginkan sebagai seorang muslim.

Ramadhan menyimpan banyak rahasia unik yang mampu memberikan atmosfir yang menghidupkan nurani dan semangat ibadah. Seperti Rasul Mulia (SAW) yang dermanya di bulan suci menyerupai hembusan angin. Ramadhan akan menyajikan berbagai kesempatan, peluang dan kemudahan untuk kita melakukan sebaik-baik dan sebanyak-banyaknya amalan. Jika kita mempersiapkannya sejak Sya'ban menjelang maka banyak hal yang akan kita peroleh, tetapi jika kita baru tersadar ketika ramadhan sudah membuka pintunya Ramadhan maka banyak hal akan terlewatkan tanpa arti yang dalam.

Mumpung masih ada banyak hari yang bisa kita hitung sebelum Ramadhan tiba, marilah kita mempersiapkan diri untuk menyambutnya. Bersihkan diri, agar kesucian diri yang bersinergi dengan kesucian Ramadhan menghasilkan keajaiban jiwa yang menakjubkan, tercapainya derajat takwa. Azamkan dalam hati untuk banyak beramal di bulan lipat ganda, agar semakin banyak niat yang kita tanamkan semakin banyak tunas amal yang tumbuh, dan semakin banyak buah amal yang kita petik. Kalaupun taqdir memaksa kita untuk tidak melaksanakan niat yang kita telah kita tanamkan, insya Allah niat saja jauh lebih baik daripada tiada keinginan sekali. Bukankah niat seorang mukmin itu lebih baik dari amalnya itu sendiri?

Nun di sana
Masih ada jalan putih
Peluang kebaikan
Sebulan di Bulan Ramadhan...

(Now See Heart)

Allahumma baarik lanaa fi Sya'ban wabalighnaa Ramadhan. Spesial buat semua teman yang masih betah di Negeri Seribu Menara, tempat aku dibuat sangat terkesan oleh budaya "Ma'idaturrahman"-nya.

go to the top of the page

0 Comments:

Post a Comment
<< Home