:: Mutiara Kata Pembuka Hati ::

What's.....

Children

(Kahlil Gibran)

Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself
They come through you but not from you,
And though they are with you yet they belong not to you
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
Which you cannot visit, not even in your dreams
You may strive to be like them, but seek not to make them like you
For life goes not backward nor tarries with yesterday
You are the bows from which your children as living arrows are sent forth
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
And He bends you with His might that His arrows may go swift and far
Let your bending in the archer’s hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also The bow that is stable


Friday, July 22, 2005

Agar Anak "Cerdas Bahasa"

DH Devita

Suatu kali, saat menginap di rumah salah seorang tante, saya terkesima menyaksikan sebuah kebiasaan yang luar biasa yang beliau lakukan bersama dengan anak semata wayangnya. Hari itu, sekitar pukul tujuh malam. Saya dan tante baru saja sampai di rumahnya, setelah berjanjian untuk bertemu dan pulang bersama selepas jam kantor. Usai salat Maghrib dan mandi, saya beranjak ke ruang tamu. Di sanalah saya menemukan pemandangan indah itu. Tante saya yang sudah berganti pakaian tidur sedang duduk di sofa sambil memegang dan kelihatan membacakan sebuah majalah kepada anak laki-lakinya yang duduk setengah berjongkok berhadapan dengan ibunya. Saya memang sering mendengar bahwa tante saya ini punya kebiasaan mendongeng pada anaknya. Saya pun mendekat, dan memperhatikan mereka.

Rupanya saat itu tante saya sedang menyelesaikan sebuah artikel yang tadi dibacakannya. Ia pun menoleh pada anaknya dan berkata,

“Sudah selesai deh ceritanya. Sekarang kamu belajar, ya…kerjain pe-ernya,”

Tetapi rupanya sepupu kecil saya itu menolak untuk segera beranjak, ia meminta untuk dibacakan lagi artikel yang lainnya,

“Bacain yang judulnya ini dong, Bu. Ini artinya apaan sih, Imam mau denger ceritanya,”
begitu pintanya.

Dan tante saya pun kembali membacakan sebuah artikel lagi dari majalah tersebut. Imam, sepupu saya itu, pun duduk tenang dan mendengarkan dengan seksama setiap kalimat yang dibacakan oleh ibunya.

Saya memang sering mendengar, bahwa metode ‘mendongeng’ yang dilakukan para orang tua kepada anaknya, akan sangat efektif untuk membangkitkan kecerdasan anak. Terutama bagi kemampuan verbal yang sedang berkembang pada anak, dan juga akan merangsang minat baca pada anak. Selain itu, aktivitas mendongeng adalah salah satu sarana untuk ‘berkomunikasi’ antara orang tua dan anak, sekaligus menjadi alat perekat yang sangat membantu bagi orang tua bekerja. Termasuk tante saya tersebut. Beliau adalah seorang pegawai bank pemerintah yang sudah memiliki jabatan cukup tinggi sehingga kesibukan kantor kerap kali memisahkannya dari sang anak. Namun, menyaksikan ‘pemandangan’ itu, saya jadi terharu dan sekaligus kagum akan ‘kecerdikan’ tante saya dalam mengefektifkan waktu pertemuan dengan anaknya.

Yang menarik lagi adalah, bacaan yang saat itu dibacakan bukanlah sebuah dongeng atau cerita anak-anak yang diambil dari buku kumpulan cerita anak dan sejenisnya. Melainkan sebuah artikel mengenai hikmah kehidupan yang terdapat dalam sebuah majalah umum, yang biasanya dikonsumsi oleh orang dewasa. Dan pada saat itu, saya mendapati binar ketertarikan pada kedua mata sepupu kecil saya. Untuk beberapa kata yang tak ia mengerti, ia selalu menanyakannya pada ibunya, untuk kemudian dijelaskan secara sederhana. Sebuah pola pendidikan yang cukup layak ditiru, menurut saya. Setidaknya, anak akan belajar memahami hal-hal yang lebih besar di luar dirinya, dan memperbanyak perbendaharaan kata di ‘kamus otak’nya.

Menurut Dr. Howard Gardner mengenai teori Kecerdasan Majemuk atau Multiple Intelligences, terdapat 8 jenis kecerdasan pada diri anak, yang salah satunya disebut sebagai ‘Cerdas Bahasa’. Penjelasan singkat mengenai jenis kecerdasan tersebut adalah: kecerdasan anak dalam mengolah kata. Contohnya adalah keterampilan yang dimiliki anak dalam menceritakan atau menggambarkan sesuatu dengan kata-kata.

Kecerdasan yang dimiliki seorang anak pada masa-masa awal pertumbuhannya sampai usia sekolah, memang tidak bisa dibiarkan sendiri untuk berkembang. Kadang, potensi yang sudah ada dalam diri anak masih harus dibantu oleh orang-orang terdekatnya dan juga perangkat sekolah supaya dapat lebih berkembang dan muncul ke permukaan. Sebab seorang anak di bawah umur belumlah mengerti apa yang harus ia lakukan untuk memunculkan potensi yang ada pada dirinya. Rangsangan yang ia terima dari luar, akan sangat membantu untuk dapat mengembangkan bahkan menemukan potensi kecerdasan pada diri anak. Sebuah kecerdasan yang tadinya tidak terlihat, dengan rangsangan yang tepat, bisa jadi akan muncul menjadi sebuah prestasi pada anak. Dengan demikian, peran orang tua sebagai lingkungan terdekat anak sangat menentukan.

Dari kejadian yang saya alami di atas, saya banyak sekali mendapatkan pelajaran. Bahwa kondisi orang tua bekerja untuk masa sekarang ini memang sudah tak terhindarkan. Padahal keberadaan ibu dan ayah di rumah sangat berperan untuk mendampingi anak melewati masa-masa pertumbuhannya. Namun, kecerdikan orang tua untuk mensiasati waktu memang sangat diuji, dan salah satu contohnya adalah apa yang dilakukan oleh tante saya tersebut. Memanfaatkan waktu pertemuan dengan anak untuk menjalin komunikasi dan memberikan pelajaran sekaligus membangkitkan kecerdasan anak melalui mendongeng atau membacakan cerita. Variasi bacaan pun harus diperhatikan, agar anak tidak merasa bosan dan pengetahuannya berkembang luas. Menyuguhkan bacaan yang merangsang minat baca anak memang tak melulu harus melalui komik atau buku cerita bergambar yang jumlah kata-katanya sedikit. Tetapi, tentu harus diperhatikan kesesuaian usia anak dan kemampuannya mencerna kata-kata dalam jumlah banyak.

Berbagai tayangan yang disuguhkan televisi hingga bacaan yang tak lagi sempat tersensor oleh orang tua yang cukup sibuk, tentunya akan menjadi kekhawatiran tersendiri bagi perkembangan anak. Bagaimanapun, upaya untuk mendampingi anak dalam belajar sangat penting untuk dilakukan. Dengan menemani anak membaca atau membacakan cerita atau dongeng bersama, tentu akan menjadi sarana yang baik sekali untuk meraih kedekatan pada anak sekaligus menjadi ‘alat sensor’ bagi bacaan anak. Selain itu, kebiasaan baik ini akan menjadi momen berharga bagi anak untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya dan merasakan perhatian yang tak kurang dari kedua orang tuanya. Bukankah kecerdasan awal pada anak ditentukan dari rumah? Oleh karena itu, meluangkan waktu setidaknya setengah jam sehari bersama anak untuk awal dari sebuah kecerdasan yang akan terbentuk tidaklah berat, bukan?

go to the top of the page

0 Comments:

Post a Comment
<< Home