:: Mutiara Kata Pembuka Hati ::

What's.....

Children

(Kahlil Gibran)

Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself
They come through you but not from you,
And though they are with you yet they belong not to you
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
Which you cannot visit, not even in your dreams
You may strive to be like them, but seek not to make them like you
For life goes not backward nor tarries with yesterday
You are the bows from which your children as living arrows are sent forth
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
And He bends you with His might that His arrows may go swift and far
Let your bending in the archer’s hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also The bow that is stable


Wednesday, June 29, 2005

(Selalu) Hangatkan Cinta Anda

Abi Hufha

Mahligai cinta yang membingkai rumah tangga sepasang suami istri tak selamanya mampu dipertahankan keindahannya. Ia bukan sesuatu yang tak lekang dimakan waktu dan juga tak pudar terkikis dinamika kehidupan. Namun bukan tak mungkin keindahan itu menjadi abadi selamanya, tak terputus oleh perubahan masa dan bahkan tak terhenti oleh perpisahan yang tak mungkin dicegah kejadiannya. Cinta bukanlah sekedar mencium kening pasangan anda setiap pagi atau menjelang tidur, juga tak sebatas kehangatan malam yang diisi dengan riang canda kemesraan. Tidak juga hanya dengan menghadiahkan sesuatu bila dia ulang tahun. Tetapi, cinta lebih dari suatu komitmen yang membutuhkan pemikiran agar selalu bersemi diantara anda.

Berapapun usia pernikahan anda, bukan alasan untuk tidak senantiasa memberikan manisnya cinta terhadap pasangan anda atau membiarkan kehambaran mentaburi hari-hari anda bersamanya. Seiring waktu yang berjalan, sebanyak buah hati yang semakin besar, seharusnya juga semakin bertambah kehangatan cinta diantara sepasang suami istri, meski tidak jarang hidupnya hanya sebatas menikmati masa-masa tua. Karena justru, totalitas cinta anda kepada pasangan anda dimasa-masa tua akan semakin membuat pasangan anda tersenyum bangga (hingga ke dalam hati) bahwa ia tak pernah salah menjadikan anda pasangan hidupnya.

�Berpasangan engkau telah diciptakan, dan selamanya engkau akan berpasangan�. Begitulah sebagian jawaban sang Guru atas pertanyaan seorang aulia, Al Mitra, tentang perkawinan, seperti dituturkan penyair asal Libanon, Khalil Gibran dalam Sang Nabi. Hidup diyakini semakin punya warna dengan memiliki pasangan. Bukankah Allah telah mengumpulkan yang terserak untuk berpasang-pasangan?

Yang dituliskan Gibran bisa sangat tepat, hanya saja yang perlu diperhatikan adalah keadaan pasangan itu setelah perjalanan yang begitu banyak melalui riak, gelombang, onak dan duri, Masihkah komitmen dan pengorbanan yang diberikan seseorang terhadap pasangannya sama dengan yang pernah diberikannya saat pertama kali cinta bersemi, atau saat awal menapaki rumah tangga, dan berjanji saling setia. Masihkah kelembutan yang dulu dicurahkan dalam belaian-belaian kasih sayang, sama hangatnya dengan sentuhan pertama kali seorang kekasih terhadap disahkan sebagai pasangannya. Jawabannya tentu ada pada bagaimana seseorang itu menempatkan cinta agar senantiasa bersemi, berapapun usia pernikahan mereka.

Untuk itu perlu kiranya suatu pemikiran yang berkesinambungan dibangun oleh setiap pasangan tentang bagaimana caranya agar kehangatan cinta tetap melingkari setiap fase perjalanan rumah tangga, agar kelembutan kasih sayang menjadi dasar setiap gerak langkah bersama menuju kebahagiaan dan kedamaian kedamaian. Tidak berlebihan pula jika berharap cinta itu menjadi satu cinta yang tak terpisahkan.

Berikut beberapa tips untuk mempertahankan kehangatan cinta:

1. Menempatkan cinta kepada Allah diatas segala cinta terhadap apapun. Dan senantiasa meningkatkan cinta itu, karena Allah-lah yang Maha menganugerahkan cinta kepada orang-orang yang mencintai-Nya (QS. Al-Maidah:54). Maka ajaklah pasangan (dan seluruh anggota keluarga) untuk semakin mendekatkan diri pada-Nya, misalnya dengan membaca do�a Al Ma�surat bersama setelah qiyamullail.

2. Senantiasa berdo�a kepada Allah agar ditetapkan dalam keshalihan, yang karenanya rahmat, kasih sayang dan kedamaian tetap tercurahkan.

3. Ciptakan komunikasi yang selaras, berkesinambungan, mesra dengan mengkedepankan kaidah-kaidah berkomunikasi seperti, kata-kata yang benar, lemah lembut, mulia dan juga tidak melupakan aspek ketegasan sikap. Komunikasi yang demikian tentu menutup rapat celah-celah kecurigaan dan saling tidak percaya antar sesama.

4. Jadikan kamar/tempat pembaringan adalah tempat dimana segala curahan hati bisa tumpah namun tetap dalam koridor kehangatan dan kemesraan. Sehingga dalam kondisi apapun, semua masalah tetap bisa diselesaikan dengan kepala dingin dan hati yang tenang, dari sekedar lupa cium kening pagi ini, masalah uang belanja sampai soal perkelahian anak-anak tadi siang dengan teman bermainnya.

5. Gunakan waktu secara efektif dan efisien. Jangan sekali-kali menggunakan waktu keluarga (hari libur misalnya) untuk pekerjaan atau hal-hal yang mengganggu waktu keluarga. Karena dengan apapun anda mencoba membayarnya, kerugian yang diderita pasangan anda tidak akan pernah bisa terbayarkan, meskipun anda menggandakan kualitasnya pada hari libur berikutnya.

6. Cerahkan hari-hari dengan variasi, fantasi dan �warna-warni� yang anda ciptakan khusus untuk pasangan anda. Letak aksesoris kamar yang berubah-ubah (terutama yang ringan-ringan), atau warna sprei dan aroma kamar yang menyegarkan. Itu didalam rumah, untuk aktifitas di luar rumah, biasakan secara rutin untuk sekedar jalan pagi bersama di hari minggu (libur) atau jika ada rezeki, sempatkan untuk berekreasi (tamasya).

7. Ciptakan juga hal-hal baru yang menceriakan hari bersamanya, misalnya dengan mencuci pakaian bersama, atau kerjabakti membersihkan rumah dihari libur. Cipratan air dan saling melempar lap pel dalam bingkai canda (dijamin) akan mampu meluluhkan kebekuan atau bongkah konflik yang mungkin saja (berpotensi) tumbuh tanpa disadari, mungkin tidak didiri anda tapi pasangan anda?

8. Jadikan setiap cobaan dan konflik yang ada sebagai bagian dari dinamika cinta, bukankah cinta itu tak selamanya �berwarna� indah? Bahwa didalamnya juga bisa dirasakan pahitnya perjalanan yang dilakukan bersama, hal itu akan menyadarkan kita bahwa juga hidup akan selalu menampakkan warna-warni yang berbeda, bisa disukai bisa tidak, namun tetap harus dijalani. Ini seperti sepasang kekasih yang baru menikah, seringkali hanya menangkap sisi-sisi indah kehidupan tanpa peduli cobaan yang siap (pasti) menanti.

9. Tak salahnya mengenang selalu saat-saat indah bersama pasangan anda, kapanpun dan dimanapun, sendiri maupun berdua. Niscaya, hal itu akan semakin membuat anda bangga terhadap pasangan anda itu. Atau setidaknya mampu memaksa anda mengikhlaskan kesalahan yang pernah dibuat pasangan anda.
10. Mengingat-ingat kelebihan dan keistimewaan yang ada pada pasangan dan meminimalisir ingatan akan kesalahan dan keburukan yang mungkin (pernah) ada padanya. Insya Allah, indahnya cinta yang dulu bersemi pertama kali tetap anda rasakan saat ini, terlebih ditambah oleh ribuan kehangatan yang tercurah dari buah hati yang teramat mencintai anda berdua. Wallahu a�lam bishshowab.

go to the top of the page

0 Comments:

Post a Comment
<< Home