:: Mutiara Kata Pembuka Hati ::

What's.....

Children

(Kahlil Gibran)

Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself
They come through you but not from you,
And though they are with you yet they belong not to you
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
Which you cannot visit, not even in your dreams
You may strive to be like them, but seek not to make them like you
For life goes not backward nor tarries with yesterday
You are the bows from which your children as living arrows are sent forth
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
And He bends you with His might that His arrows may go swift and far
Let your bending in the archer’s hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also The bow that is stable


Wednesday, June 29, 2005

Rumahku Surgaku...

Yesi Elsandra

Baiti Jannati, begitu Rasulullah mengilustrasikan kehidupan rumah tangga beliau yang penuh dengan keharmonisan, kebahagiaan, ketenangan, sakinah, mawaddah, dan rahmah. Rumah tangga yang dibangun bukan atas pondasi syahwat terhadap kecantikan, harta, pangkat, jabatan serta pesona dunia lainnya. Tapi sebuah keluarga yang dibangun karena ketaatan kepada Allah. Sampai akhir zaman keluarga beliau merupakan rujukan utama bagi mereka yang mendambakan syurga dunia.

Syurga dunia itu hanya dapat diwujudkan oleh pasangan laki-laki sholeh dan wanita sholehah, yang memahami betul kewajiban masing-masing untuk saling berbagi, mengokohkan kelebihan, dan menutupi segala kekurangan masing-masing. Keikhlasan kita menerima pasangan apa adanya, baik itu fisik, intelektual, ekonomi, keturunan, dan sebagainya, karena kita bukanlah Muhammad yang sempurna, Yusuf yang tampan, Umar bin Khatab yang gagah perkasa, Mush’ab Bin Umair yang serba kecukupan, Salman Al-farisi yang ahli strategi, Abdurahman Bin ‘Auf yang ahli ibadah.

Jangan juga bermimpi dan meninggikan diri, karena kita bukanlah Khadijah yang kaya raya, Aisyah yang cendikiawan, Fatimah yang tabah dan putri seorang pemimpin besar, Ratu Balqis yang cantik jelita, Asma binti Yazid yang kritis dan cerdas, Hafshah binti Umar yang ahli ibadah. Kita hanyalah manusia biasa, yang berusaha memadukan dua unsur menjadi sebuah kekuatan, yang dengannya kita mengharapkan keridhoan dari Allah, mengikuti sunnah Rasulullah, sumber investasi abadi, serta meneguhkan langkah.

Pasangan kita adalah pakaian kita. Siapapun tidak ingin pakaiannya kumuh dan lusuh, ia pasti ingin pakaiannya nyaman, tidak kebesaran, tidak pula kekecilan. Kehati-hatian saat memilih dan membelinya merupakan indikator mendapatkan pakaian yang baik. Rasulullah SAW sangat menganjurkan kepada para pemuda agar lebih memprioritaskan memilih zatuddin (wanita shalihah) untuk dijadikan pendamping hidupnya. Beliau mengatakan “Wanita dinikahi karena empat perkara: “Karena hartanya, kecantikannya, nasabnya dan agamanya. Maka pilihlah yang beragama (shalehah) niscaya engkau akan bahagia”. (HR. Muttafaqun Alaih)

Begitupun kepada wanita, hendaklah ia memilih laki-laki yang baik pemahaman agamanya, yang hatinya tertaut pada rumah Allah, yang dalam pikirannya terpeta semangat memajukan Islam, mempunyai visi dan misi yang jelas dalam membangun keluarga, memiliki wibawa dihadapan istri dan anak-anaknya, memiliki tanggung jawab memberi nafkah, tidak saja batin, tapi juga lahir, termasuk di dalamnya mengajarkan ilmu.

Ketika rumah tangga itu telah berlayar, tetapi dalam perjalanannya kita menemukan badai besar yang menghantam, segeralah introspeksi diri atas proses membangun kapal besar rumah tangga kita. Rumah tangga manapun termasuk rumah tangga Rasulullah pernah memiliki masalah. Cuma bedanya, masalah dalam rumah tangga Rasulullah merupakan keindahan yang memberkati.

Mungkin proses terbentuknya rumah tangga kita dulunya diselimuti debu dan syahwat dunia, yang menyebabkan ridho dan barakah dari Allah sirna. Sehingga setiap perbedaan sedikit saja dan masalah kecil menjadi prahara. Istri tidak ikhlas melayani suami, suamipun coba-coba berpaling, tidak ada keterbukaan, tidak ada kejujuran, tidak saling menghargai, tidak saling menyayangi, cinta kasih yang hanya dirajut beberapa bulan berubah jadi dendam dan angkara murka. Inilah yang dinamakan neraka dunia.

Astaghfirullah, segeralah mohon ampun kepada Allah atas sisi-sisi hati yang berpaling dari petunjuk-Nya. Kekhilafan tidak melibatkan Allah dalam membuat keputusan panjang akan menyengsarakan tidak saja di dunia, tapi juga kelak diakhirat, satu sama lain akan menjadi musuh. Sebesar apapun kekhilafan kita, lautan ampun dan Maghfirah Allah seluas langit dan bumi. Segeralah menghadap pada-Nya, memohon agar kita diberikan seseorang yang dapat menentramkan hati, menjaga kehormatan diri, meneguhkan langkah, saling mengingatkan dalam ibadah. Karena tidak ada satu pun yang kita lakukan di dunia ini melainkan hanya untuk ibadah kepada Allah.

Mudah-mudahan Allah memperkenankan kita mendapatkan suami yang sholeh, yang menggauli istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang, yang mengajarkan istrinya ilmu dunia dan agama. Seorang suami yang memiliki takut dan harap hanya kepada Allah, khusyuk dalam ibadah, giat mencari nafkah, bertanggung jawab terhadap keselamatan istri dan anak-anaknya baik di dunia maupun di akhirat.

Mudah-mudahan kita diberikan seorang istri yang taat beribadah, halus dan lembut, terhormat dengan hijab yang menjaga dirinya, yang dalam dirinya berkumpul kebaikan, terdidik dengan tarbiyah islamiyah, ridho melayani suaminya kapanpun, mendidik anak-anaknya secara islami, yang menjadikan keluarga sebagai jembatan menggapai ridho Allah.

Rumahku Syurgaku merupakan keinginan setiap insan. Untuk mendapatkannya, jadikanlah keluarga Rasulullah sebagai rujukan utama. Keluarga tersebut telah membuktikan kepada dunia hingga akhir zaman, bahwa tidak ada kebahagiaan dan ketentraman yang melebihi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah, yang terdiri dari laki-laki yang sholeh dan wanita yang sholehah, yang menjadikan Islam sebagai sumber kekuatannya.

go to the top of the page

0 Comments:

Post a Comment
<< Home