:: Mutiara Kata Pembuka Hati ::

What's.....

Children

(Kahlil Gibran)

Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself
They come through you but not from you,
And though they are with you yet they belong not to you
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
Which you cannot visit, not even in your dreams
You may strive to be like them, but seek not to make them like you
For life goes not backward nor tarries with yesterday
You are the bows from which your children as living arrows are sent forth
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
And He bends you with His might that His arrows may go swift and far
Let your bending in the archer’s hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also The bow that is stable


Wednesday, June 29, 2005

Nak..., Hadapi Tipu Daya Dunia Dengan Tegar !

Sulthoni

"Tidurlah tidur wahai anak sholihah....
S'moga Allah akan s'lalu menjagamu
Tidurlah tidur wahai buah hatiku
Kelak kau besar jadi muslimah terpandu
Bismikallahumma ahya wa amuut
Bismikallahumma ahya wa amuut....
(nada: lagu "Nina Bobok" -- pen)


Nak, kau telah hadir di atas dunia fana ini. Tangismu yang dulu nyaring terdengar di awal kelahiranmu, telah berubah dengan senyum. Engkau kini memang lebih banyak tersenyum riang. Senyummu melesat lepas tanpa hambatan, tulus, plong, dan tanpa tendensi apa-apa, dari mulut mungilmu.

Aku yakin, senyummu masih murni dan suci, sesuci hatimu. Entah akupun tak tahu persis untuk mengartikulasi senyummu yang lepas tersebut. Aku hanya bisa memaknai, di balik senyuman itu tersimpan optimisme besar, tersimpan energi dahsyat. Mungkin kau akan menjadi petarung yang tak pernah putus asa dalam menghadapi segala tipu-muslihat kaum perusak. Kau akan tetap eksis berada di atas JalanNya, seraya terus menyeru kaummu untuk bergabung bersamamu menuju kemenangan dan kemuliaan sejati. Semoga!

Itulah yang selalu menjadi harapan dan obsesi orangtuamu, nak! Aku selalu bermunajat kepada Allah 'Azza wa Jalla, agar Dia selalu menjagamu, membimbingmu dan memberimu kekuatan agar kau mampu berpegang teguh pada aturanNya yang sempurna hingga akhir hayatmu kelak. Mudah-mudahan obsesi ini tetap Allah pelihara dalam rongga dadaku. Yang membuatku bisa optimis dan bersemangat untuk bisa mengantarkanmu jadi manusia seutuhnya. Demi Allah, inilah yang menjadi puncak kebanggaanku, dan juga puncak kebanggaan umat, insya Allah.

Siang malam pada setiap sujudku, dan hampir setiap menjelang tidurmu, selalu kulantunkan munajatku padaNya. Untuk keselamatan dan kesucian harkat kewanitaanmu, yang insya Allah akan membawa pada keharibaan kejayaan Islam.

Mudah-mudahan Allah SWT selalu menjaga semangat dan obsesiku dari gemerlapnya dunia yang kerap memperdaya itu. Sungguh nak..., aku tak pernah bermimpi kau jadi wanita karir, yang berdandan sensual, bersepatu hak tinggi, menebarkan aroma genit yang menyengat hidung setiap lelaki, yang saban hari keluyuran bebas dengan teman-teman lobinya. Atau sebaliknya, kau jadi perempuan tak berdaya, bekerja di dalam perut-perut pabrik yang pengap, yang hanya membayar tetes-tetes keringatmu dengan upah tak manusiawi. Aku tak ingin kau menjadi Marsinah-Marsinah berikutnya.

Aku tak pernah membayangkan kau jadi penyanyi, sekadar memenuhi dahaga selera rendah kaum lelaki. Yang melantunkan suara-suara birahi dan rela melenggak-lenggokkan tubuhnya di atas panggung, di hadapan ribuan pasang mata, hanya untuk meraih segepok rupiah. Hingga membersitkan khayalan kotor para penikmat suguhan hiburanmu. Naudzubillah min dzalik, nak!

Apalagi...--na'udzu billah tsumma na'udzu billah min dzalik-- demi mengejar popularitas, engkau rela menanggalkan rasa malumu, mempertontonkan auratmu di hadapan siapa saja. Ya Robbi 'Izzati, aku mohon perlindunganMu atas anakku dari perbuatan mungkar dan nista itu.

Wajar, bila menatap masa depanmu, ada rasa masygul melintas di hatiku. Kalaulah di zaman masa kanak-kanakmu sudah demikian bejatnya perilaku manusia, apatah lagi zaman dimana kelak kau dewasa nanti. Betapa tidak! Saat ini saja para wanita berlomba-lomba mengejar kenistaan. Mereka rela menunggu dalam antrian panjang untuk difoto tanpa busana. Nak, wanita di zaman kiwari ini, sepertinya telah diidap penyakit gila memamerkan lekak-lekuk tubuhnya. Mereka seperti puas bila tampilan mereka bisa membetot-betot birahi lawan jenisnya. Lihatlah model busana yang mereka kenakan. Di balik busana yang kian modis dan ngetren di kalangan remaja wanita kiwari itu, pasti ada pesan tersirat: "Ayo tataplah lekak-lekuk tubuhku sepuasnya!" Astaghfirullahal 'adzim...!

Mungkin di zaman dimana kelak kau dewasa nanti, tantangan yang akan kau hadapi kian berat. Firasatku, pada zaman itu orang-orang kian mencampakkan rasa malu. Perilaku najis dan nista pasti akan jadi kebanggaan. Slogan dan jargon-jargon cabul, pasti kian menyesaki atmosfer kehidupanmu. Tak ada tayangan film, iklan, majalah, tontonan, dan model-model busana, kecuali di balik semua itu tersimpan pesan: mengajak manusia menceburkan dirinya pada dunia percabulan. Setelah itu, pagar-pagar etika dan moral ramai-ramai dirubuhkan masyarakat. Paradigma nila-nilai pun dijungkirbalikkan. Perilaku nista dan keji akan jadi simbol-simbol budaya dan kebanggaan. Sementara yang suci dan mulia akan dicap kuno dan ketinggalan zaman. Batas antara wilayah kehidupan privasi dan publik, pasti tak diperlukan. Mungkin--semoga ini tidak terjadi--manusia beramai-ramai menanggalkan simbol-simbol kemanusiaannya, seraya menggantinya dengan simbol kehidupan hewani. Astaghfirullohal 'adzim....!


Membayangkan hidup di zaman kau dewasa nanti, terus terang hatiku menjadi kian miris. Aku membayangkan, mungkin pilihan bisnis paling favorit nanti adalah bisnis seks. Pusat-pusat hiburan, koran, majalah, tivi, iklan, lagu-lagu, model-model busana, serta tontonan pasti tak akan diminati orang, kalau arahnya tidak mengajak manusia melakukan praktek percabulan. Berita di media massa tentang kasus-kasus perkosaan dan bahkan berita "manusia yang rela membinatangkan dirinya" mungkin bukan hal aneh dan menggegerkan. Membayangkan situasi seperti itu, mestinya bagi para orangtua yang waras, mereka akan menjaga lebih ketat anak-anak gadisnya. Tidak membiarkan putri mereka keluyuran bebas di luar dengan dandanan menantang.

Tapi inilah yang tidak habis aku pikir, nak. Saat ini, justru para orangtua sepertinya bangga melihat anak-anak gadis mereka mengenakan busana yang mencetak lekak-lekuk tubuhnya sembari keluyuran di luar rumah dengan bebasnya. Bahkan ironisnya, mereka ikut memilihkan model busana model porno yang mereka nilai cocok untuk anak-anak gadis zaman sekarang. Astaghfirullahal 'adzim...!


Nak, ada sedikit rasa gentar di hatiku, kemana aku harus perlindungkan kesucian dirimu dari kepungan perilaku bejat manusia? Tapi percayalah nak, aku masih optimis bisa mengantarkanmu ke jalan kemuliaan. Aku akan terus mohonkan kepada Allah, mendekatkan diri kepadaNya, meminta kekuatan dan perkenanNya untuk bisa menjagamu nak!

Tetaplah tersenyum nak, jangan menangis. Semoga Allah 'Azza Wa Jalla senantiasa melindungimu dari pikiran, niat, dan mata-mata jahat yang akan menjerumuskanmu pada kehinaan. Harapanku, kelak kau dewasa nanti, kau menjadi wanita yang tetap istiqomah menjaga kesucian dan kehormatan diri. Kau akan berjuang gigih menyelamatkan kaummu yang tengah terombang-ambing dalam kubangan kenistaan dunia. Pegang teguhlah ajaranNya dan tataplah masa depanmu dengan tegar. Insya Allah, doaku senantiasa menyertai langkah-langkahmu!

go to the top of the page

0 Comments:

Post a Comment
<< Home