:: Mutiara Kata Pembuka Hati ::

What's.....

Children

(Kahlil Gibran)

Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself
They come through you but not from you,
And though they are with you yet they belong not to you
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
Which you cannot visit, not even in your dreams
You may strive to be like them, but seek not to make them like you
For life goes not backward nor tarries with yesterday
You are the bows from which your children as living arrows are sent forth
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
And He bends you with His might that His arrows may go swift and far
Let your bending in the archer’s hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also The bow that is stable


Wednesday, June 29, 2005

Ajarkan Anak-Anak Cinta Masjid, Niscaya Surga Kau Rengkuh !

Sulthoni

Dapat dipastikan, semua orangtua (yang Muslim tentunya) mencita-citakan anak-anak mereka menjadi anak yang sholeh/sholihat: rajin mengaji, taat pada orangtua, dan gemar ibadah, khususnya sholat. Apalagi bila anak-anak gemar sholat berjama'ah di masjid, pasti orangtua senang dan bangga. Tapi apakah harapan itu sudah relevan dengan apa yang kita lakukan terhadap anak kita? Andalah yang bisa menjawabnya dengan jujur.

Salah satu ajaran Islam yang prinsipil adalah menekankan sikap konsisten bagi para pemeluknya. Artinya, seorang Muslim dituntut harus selaras apa yang diyakini hatinya, dengan ucapan dan perbuatannya. Karena itu dalam Surat Ash-Shof ayat 2, Allah 'Azza wa Jalla mengingatkan kita; "Wahai orang-orang beriman, kenapa engkau mengatakan sesuatu yang tidak kamu lakukan. Allah sangat murka kepada orang-orang mengatakan sesuatu yang tidak dilakukannya."

Jika pesan itu dikorelasikan dengan soal pendidikan anak, maka para orangtua sepatutnya mampu menjadi pelopor kebaikan di dalam keluarganya. Sebab ia akan menjadi figur rujukan bagi sikap dan perilaku seluruh anggota keluarga. Aneh dong, jika seorang bapak memerintahkan anaknya sholat ke masjid, tapi ia malah duduk-duduk santai di depan layar kaca. Maka merupakan sebuah keniscayaan, seorang pemimpin keluarga memiliki kredibilitas kepemimpinan yang bisa diteladani oleh seluruh anggota keluarganya.

Dengan kata lain, orangtua harus memiliki kredibilitas moral dan amal. Yang dimaksud dengan kredibilitas moral ialah, orangtua harus mampu memperlihatkan akhlaqul karimah, meliputi antara lain; jujur dalam berkata, tidak cepat marah, penyantun, pemaaf, serta berpenampilan Islami.

Sedang yang dimaksud kredibilitas amal, seorang mu'min harus mampu memperlihatkan kinerja yang baik, apakah tatkala ia berada di kantor, dan/atau ketika ia berada di rumah. Ia harus rajin melaksanakan amal kebajikan, baik berupa ibadah mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh. Misalnya, ia tak segan-segan membantu meringankan pekerjaan istri jika ada waktu. Peduli dan ringan tangan dengan masalah kebersihan rumah dan lingkungan. Selain itu tentunya, seorang kepala rumah tangga harus mampu menjadi figur hamba Allah SWT yang ta'at melaksanakan perintah-perintahNya. Seyogyanya seorang pemimpin rumah tangga harus menjadi teladan utama dalam hal menegakkan amal-amal Islami bagi seluruh anggota keluarganya.

Dalam konteks sholat, orangtua semestinya harus mampu menjadi pelopor dalam menciptakan atsmosfer sholat yang kental di keluarganya. Biasakanlah anak-anak diajak ke masjid, walaupun mungkin mereka yang berusia kanak-kanak belum tertib melaksanakannya. Tapi hal itu harus dilakukan secara rutin dan terus-menerus. Kita tidak boleh bosan mengajak mereka ke masjid dan memberikan contoh yang baik, khususnya dalam hal sholat. Jika terus-menerus kita biasakan anak dibawa ke masjid, suatu saat anak akan terbiasa berangkat ke masjid dan melaksanakan sholat berjama'ah dengan tertib secara mandiri, insya Allah.

Sekarang persoalannya, bagaimana kita membiasakan mereka untuk cinta mengunjungi masjid? Sebelum membincang hal itu lebih jauh, ada baiknya kita simak riwayat berikut.

Dari Jabir bin Samurah ra, ujarnya: "Saya shalat Zhuhur bersama Rasulullah saw, kemudian beliau pula ke keluarganya dan saya pun pulang bersamanya. Dua orang anak kecil menghadang beliau. Dan Rasulullah saw mengusap pipi mereka seorang demi seorang." Jabir berkata lagi; "Adapun saya sendiri beliau usap pipi saya dan saya merasakan tangan beliau dingin dan harum baunya, seolah-olah baru keluar dari celupan minyak wangi." (HR Muslim)

Hadits di atas menjelaskan bahwa Rasulullah saw menyambut dengan baik dan bersikap penuh lemah-lembut kepada anak-anak yang turut shalat di masjid. Jabir bin Samurah adalah salah seorang dari anak sahabat yang diperlakukan dengan penuh kelembutan oleh Rasulullah saw. Sehingga Jabir merasakan lembutnya usapan tangan Rasulullah saw yang sejuk dan sangat harum.

Riwayat di atas menceritakan, betapa para sahabat Rasul giat melatih anak-anak mereka untuk mencintai masjid dengan cara membiasakan mereka melaksanakan sholat berjama'ah di masjid yang diimami Rasulullah saw. Dengan cara memberikan latihan-latihan praktis itulah, anak-anak akan gemar melakukan amal-amal Islami.

Kita sebetulnya bisa mencontoh metoda-metoda praktis pendidikan anak yang telah diterapkan Rasulullah saw dan para sahabatnya, khususnya dalam melatih kebiasaan melaksanakan sholat berjama'ah di masjid. Salah satu kiatnya adalah, kita tidak menyia-nyiakan waktu dimana sebenarnya kita bisa melaksanakan sholat ke masjid dengan mengajak anak-anak kita. Karena peluang itu merupakan kesempatan terbaik untuk menanamkan rasa cinta masjid kepada anak-anak. Apalagi bagi orangtua yang sibuk bekerja di luar rumah.

Tentu saja, hal itu harus kita lakukan secara terus-menerus, bukan cuma sekali-dua kali saja. Karena kita tidak sedang mengajari anak menyalakan/mematikan radio, yang cukup dengan kata-kata serta contoh praktis sekali atau dua kali. Tapi kita sedang melatih anak cinta mengamalkan perintah Allah SWT, melalui praktek-praktek pembiasaan.

Tentu saja ini tidak dibatasi oleh waktu, tetapi harus dilaksanakan secara konsisten terus menerus sampai akhir hayat kita. Kata para ulama; "Ajarkan anak-anakmu cinta masjid, niscaya surga kau raih." Yuk..., ajak anak-anak kita ke masjid!

go to the top of the page

0 Comments:

Post a Comment
<< Home