Tafsiran Muutu Qabla anta Muutu : Rumi
('Mati' sebelum Engkau Mati)
Kau sudah banyak menderita
Tetapi kau masih terbalut tirai'
Karena kematian adalah pokok segala
Dan kau belum memenuhinya
Deritamu tak kan habis sebelum kau 'Mati'
Kau tak kan meraih atap tanpa menyelesaikan anak tangga
Ketika dua dari seratus anak tangga hilang
Kau terlarang menginjak atap
Bila tali kehilangan satu elo dari seratus
Kau tak kan mampu memasukkan air sumur ke dalam timba
Hai Amir, kau tak kan dapat menghancurkan perahu
Sebelum kau letakan "mann" terakhir...
Perahu yang sudah hancur berpuing-puing
Akan menjadi matahari di Lazuardi
Karena kau belum 'Mati',
Maka deritamu berkepanjangan
Hai Lilin dari Tiraz, padamkan dirimu di waktu fajar
Ketahuilah mentari dunia akan tersembunyi
Sebelum gemintang bersembunyi
Arahkan tombakmu pada dirimu
Lalu 'Hancurkan'lah dirimu
Karena mata jasadmu seperti kapas di telingamu...
Wahai mereka yang memiliki ketulusan...
Jika ingin terbuka 'tirai'
Pilihlah 'Kematian' dan sobekkan 'tirai'
Bukanlah karena 'Kematian' itu kau akan masuk ke kuburan
Akan tetapi karena 'Kematian' adalah Perubahan
Untuk masuk ke dalam Cahaya...
Ketika manusia menjadi dewasa, matilah masa kecilnya
Ketika menjadi Rumi, lepaslah celupan Habsyi-nya
Ketika tanah menjadi emas, tak tersisa lagi tembikar
Ketika derita menjadi bahagia, tak tersisa lagi duri nestapa...
(Mawlana Jalal ad-Diin Rumi)
Tetapi kau masih terbalut tirai'
Karena kematian adalah pokok segala
Dan kau belum memenuhinya
Deritamu tak kan habis sebelum kau 'Mati'
Kau tak kan meraih atap tanpa menyelesaikan anak tangga
Ketika dua dari seratus anak tangga hilang
Kau terlarang menginjak atap
Bila tali kehilangan satu elo dari seratus
Kau tak kan mampu memasukkan air sumur ke dalam timba
Hai Amir, kau tak kan dapat menghancurkan perahu
Sebelum kau letakan "mann" terakhir...
Perahu yang sudah hancur berpuing-puing
Akan menjadi matahari di Lazuardi
Karena kau belum 'Mati',
Maka deritamu berkepanjangan
Hai Lilin dari Tiraz, padamkan dirimu di waktu fajar
Ketahuilah mentari dunia akan tersembunyi
Sebelum gemintang bersembunyi
Arahkan tombakmu pada dirimu
Lalu 'Hancurkan'lah dirimu
Karena mata jasadmu seperti kapas di telingamu...
Wahai mereka yang memiliki ketulusan...
Jika ingin terbuka 'tirai'
Pilihlah 'Kematian' dan sobekkan 'tirai'
Bukanlah karena 'Kematian' itu kau akan masuk ke kuburan
Akan tetapi karena 'Kematian' adalah Perubahan
Untuk masuk ke dalam Cahaya...
Ketika manusia menjadi dewasa, matilah masa kecilnya
Ketika menjadi Rumi, lepaslah celupan Habsyi-nya
Ketika tanah menjadi emas, tak tersisa lagi tembikar
Ketika derita menjadi bahagia, tak tersisa lagi duri nestapa...
(Mawlana Jalal ad-Diin Rumi)
1 Comments:
Adakah aku harus bernegosiasi dengan Allah agar dunia ini lenyap?
Apakah aku hari ini harus menawar kematianku di dunia ini dengan hidup sejati?
Tidak! Aku tak berani untuk memungut hak Tuhanku
Sebab aku ini bukan siapa-siapa
dan tak pernah punya apa-apa.
Bagaimana aku bisa sampai pada hidup
Jika saja itu belum aku mengalaminya?
Aku tak berani membenci dunia
sebab memang Tuhanku sedang menempatkanku di sini
Aku pun tak berani mengharap akhirat
Meski itu telah diperjanjikan.
Aku hanya menjalani apa yang aku alami
Kalau aku berpikir, sebab Tuhanku memberi pikiran
Aku hanya menjalani akalku
Sebab itulah yang diberikan Tuhan kepadaku.
Hidup tak perlu kuminta
Mati tak usah kuharap
Sesungguhnya tabir antara aku dan Tuhanku adalah ketidakrelaanku
Adakah aku ikhlas menerima kehendak Tuhanku,
jika aku harus membenci dunia dan merengek agar tabir dibuka,
jika saja belum saatnya?
Sesungguhnya derita itu tak pernah ada,
jika saja rasa tak pernah melawan kehendak Tuhan.
By Anonymous, at April 13, 2005 9:50 AM
Post a Comment
<< Home