:: Mutiara Kata Pembuka Hati ::

What's.....

Children

(Kahlil Gibran)

Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself
They come through you but not from you,
And though they are with you yet they belong not to you
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
Which you cannot visit, not even in your dreams
You may strive to be like them, but seek not to make them like you
For life goes not backward nor tarries with yesterday
You are the bows from which your children as living arrows are sent forth
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
And He bends you with His might that His arrows may go swift and far
Let your bending in the archer’s hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also The bow that is stable


Friday, April 15, 2005

Kebenaran itu Sederhana

Prie GS



"Kebenaran itu sederhana!" Ini bukan kata-kata saya melainkan kata Anand Khrisna. Kata itu ia tulis sebagai pembelaan ketika Majalah Tempo lengkap dengan Pemimpin Redaksinya sedang diancam hukuman. Jadi, kalau boleh saya menerjemahkan, dalam kasus Majalah Tempo itu, tak
sulit menentukan siapakah pihak yang salah dan siapa yang benar.

Saya setuju. Tidak dibutuhkan kecerdasan tinggi untuk merasakan kebenaran. Kebenaran menjadi sulit ketika pihak-pihak lain campur tangan, termasuk hukum dan pasal-pasal. Maka muncullah cabang-ccabang kebenaran lain yang membingungkan. Di antara banyak cabang itu adatiga cabang pertama yang harus diwaspadai.

Pertama benar menurut diri sendiri, kedua benar menurut banyak orang, ketiga benar menurut hukum. Ketiga kebenaran ini sungguh masih rawan bahaya. Bagaimana mau percaya kepada diri sendiri jika terhadap mutu diri sendiri pun kita ini ragu-ragu. Bagaimana kalau kita ternyata bodoh belaka. Bagaimana kalau kita ini tidak cuma bodoh, tapi juga jahat. Sudah goblok, jahat pula. Maka bagaimana mungkin kebenaranversi si bodoh dan si jahat ini bisa dipercaya.

Kebenaran kedua, kebenaran versi orang banyak adalah juga kebenaran yang rawan pembengkokkan. Terutama ketika orang itu, meksipun banyak, tapi berasal dari budaya gerombolan, watak mobokrasi, gerudukisme dan gemar main keroyok.
Kemenangan orang-orang ini pasti bukan karena kebenarannya, melainkan karena keroyokannya itu. Ada kebenaran yang dibenarkan karena backing, karena kekuasaan dan tekanan. Kebenaran berbasis ketakutan semacam ini pasti sulit disebut kebenaran.

Ketiga, kebenaran versi hukum, ini juga rawan godaan.
Terutama jika memang kebenaran ini berasal dari hukum yang tergoda, tergoda tekanan, tergoda uang, dan tergoda jual beli perkara. Apakah semua itu kenyataan asing bagi kita?
Tidak. Dan hebatnya, untuk merasakan hukum yang ganjil ini, manusia tidak membutuhkan bukti-bukti yang nyata, tapi cukup dengan instink mereka.

Jadi instink itulah kata kuncinya. Untuk merasakan kebenaran, manusia cuma butuh instink. Dan jika cuma ini modalnya, manusia tak perlu menjadi ahli hukum, intelektual atau ahli meditasi. Tapi kebenaran yang bisa dideteksi instink ini datang dari jenis yang ke empat: bukan
kebenaran diri sendiri, kebenaran orang banyak, kebenaran hukum, melainkan kebenaran itu sendiri.

Kebenaran jenis ke empat itulah yang disebut Anand Khrisna sebagai sederhana, tak butuh kecerdasan tinggi untuk merasakannya, orang awam dan jenis orang-orang lugu pun sanggup denan cepat merasakannya.
Karena inilah kebenaran yang betapapun bagus bungkusnya, jika isinya tak lebih dari kebohongan, akan muncul lewat gerak mata, lewat bahasa tubuh, dan lewat alasan yang aneh-aneh.

Alasan itu, karena anehnya, sering menjadi terlalu besar, terlalu indah dan terlalu mengada-ada.
Itulah kenapa siapa bermulut manis, pasti malah menimbukan rasa curiga. Itulah kenapa orang yang sok akrab, malah menyebalkan, itulah kenapa orang yang hendak menipu malah begitu sopan tindak tanduknya, itulah kenapa orang yang gemar ingkar, justru adalah orang yang gemar berjanji, orang yang ngotot minta dipercayai, adalah orang yang punya bakat besar mengkhianati, itulah kenapa orang yang tercemar, bisa menggugat balik pembuka aibnya.

Inilah kenapa kebenaran itu dianggap sebagai barang yang mudah dan sederhana, karena apapun bungkusnya, selalu tampak begitu jelasnya.

go to the top of the page

0 Comments:

Post a Comment
<< Home